Sabtu, 02 Januari 2010

Cantik

“..sst!!.. ada yang cantik!!”, tiba-tiba saja John berujar spontan. “Mana? ..O, itu.. Bener.. Cantik! ..seleramu boleh juga, John..”, timpal Jaka sekenanya. “Apa? ..yang barusan melintas tadi? Yang bener aja, kalian ini. Wake up, Friends..!! Aku kenal dia. Bagiku, dia sama sekali tidak cantik.. ……. . . Tapi, terserah kalian sajalah.. Tergantung selera, khan..”, timpal Sukma memecah hening sesaat..di sela perbincangan serius soal tugas baru Team mereka, di tengah hiruk pikuk rutinitas Lobby Gedung I, pagi itu.

Cantik. Sejatinya hanyalah sebatas untaian lima huruf pembentuk kata, dalam perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia.. Entahlah, gemanya sungguh pekakkan telinga.. (acap kali) butakan daya nalar, juga mata hati.. karena ‘ia’ telah (dan terus) diburu para Perempuan seantero Negeri, sebagai “stempel” idaman sebagian besar Perempuan, disadari maupun tidak.

[Saya memilih kata Perempuan, dari makna penggalan Per-EMPU-an, dibanding Wanita, dari konotasi terbatas Wanita=wani di tata/bisa diatur, dalam tutur bahasa Jawa.]

10 tahun bergelut secara langsung di bidang Kecantikan di Negeri ini, dengan radius jangkauan hingga lintas Benua, bagi saya cukuplah untuk (sekedar) menangkap ragam motivasi concious ataupun un concious di balik geliat obsesi Cantik setiap diri. (Tentu, juga atas sadarnya diri tentang bahasa ‘ingin’ sang diri sendiri). Sadar akan keberagaman & kompleksitasnya, kali ini saya ingin sedikit mengurai fakta.. ketika Cantik saya tempatkan dalam porsinya di lingkup Kesehatan, dari ruang praktek Akupunktur Medik saya.

Ketika kata Cantik saya batasi sebagai ungkapan spontan saya saat sedang mengomentari status baik-nya kondisi kesehatan materi permukaan kulit seorang Perempuan, tentu karena saya sedang mengacu dari hasil diagnosa saya terhadap kondisi Kesehatan yang ditunjukkan area tersebut, meliputi bagian yang ada di organ Kulit tubuhnya. Organ tubuh terluar dari tubuh, yang membatasi tubuh dari lingkungan sekitar di luar tubuh. Merupakan organ esensial dan vital, yang dapat mencerminkan kondisi Kesehatan seseorang, termasuk pola Hidupnya.

Organ Kulit dapat dilihat dengan jelas. Dapat disentuh (diraba) dengan mudah. Ia sangat mendukung penampilan diri. Merupakan indikator faktor Genetika, Herediter, kondisi Kesehatan, termasuk strata Sosial Ekonomi dan Pola Hidup seseorang. Ia pun dapat menjadi sarana komunikasi non verbal antar individu. Sebagai sarana kontak seksual, Cinta Kasih, bahkan segala ungkapan negatif diri atas sesamanya. Pada bagian ini, masuklah di akal, andai diri sungguh terobsesi karenanya. Desakan pencitraan diri yang tinggi memaksa diri upayakan segala alternatif cara, hingga rela merogoh kocek jauh melampaui kemampuan finansial diri, demi perwujudannya.

Organ Kulit memiliki beragam fungsi, di antaranya fungsi: Proteksi, Absorbsi, Ekskresi, Pengindra, Thermoregulasi, Melanogenesis, Keratinisasi, Produksi Vitamin D, dan (tentu saja) sebagai Pengekspresi situasi Jiwa.

Secara Histologis, organ Kulit tersusun atas 3 lapisan utama, yakni: Epidermis (susunan lapisan terluar, terdiri atas: stratum Korneum/lapisan tanduk/lapisan terluar, stratum Lusidum, stratum Granulosum, stratum Spinosum, dan stratum Basalis), Dermis (lapisan tengah, yang paling tebal, terdiri atas: Pars Papilaris dan Pars retikularis), serta Subkutis (merupakan kelanjutan Dermis, di lapisan terdalam, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak). Pada organ Kulit terdapat Kelenjar Kulit (di Dermis, terdiri dari Glandula Sudorifera dan Glandula Sebasea), Rambut, serta Kuku.

Di dalam menjalankan fungsinya, organ Kulit tidak berdiri sendiri. Keberlangsungan faalinya sangat kompleks, dan saling mengait dengan faali organ apa pun di dalam tubuh. Ia juga saling mengait dengan keberlangsungan materi apapun di lingkungan sekitar. Belum lagi keterkaitan eratnya dengan kondisi kejiwaan sang diri sendiri, termasuk keterkaitannya dengan prosesi jiwa-jiwa lain, di sekitar diri. Ternyata sekompleks itu, yea…

Sadari kompleksitasnya, menjadi (sangat) naif bila terus saja biarkan sang diri lepas kendali.. hanya patuh pada bujukan iklan & bombardir patokan standard pencitraan diri oleh Media tertentu.. terombang-ambing atas beragam komentar sesama.. dengan (lalu) hanya mengejar segala upaya pemolesan area permukaan terluar organ Kulit semata dengan jenis perawatan maupun instant product apapun, demi obsesi kata “Wow..!” dari sekitar.

Tentu, bertambah naif, ketika diri hanya memilih diam di pusaran mengurus lapisan terluar Raga.. dengan kesampingkan aspek hakiki terindah dari Cantik, yang sungguh mewujud dari upaya terus menerus memurnikan Hati. Yang karenanya (menurut saya) ungkapan kata Cantik mewujud sungguh indah, sejuk, dan nyata.

Melintas di benak, ketika pada suatu pagi (saat diri ini sedang bergegas rapikan dasi mungilnya) ..sang Buah Hati menatap jujur ke diri ini sambil berujar: “Thank You. Mammi cantik sekali”, usai menyantap habis sarapan pagi kesukaannya, spaggheti. Gaungnya masih lekat di sukma, hingga detik ini..

Related Posts by Categories



Tidak ada komentar:

Posting Komentar