Sabtu, 22 Mei 2010

(mengapa) Gigi Bolong?

(mengapa) Gigi Bolong?


“..malu, Tante”, ujar si Gadis mungil sambil menutup mulutnya.. “..mengapa, Nak? .. Tidak papa, koq.. Tante hanya ingin tunjukkan padamu, cara menyikat gigimu yang benar.. agar gigimu lebih bersih..”, saya berusaha membujuknya. “..gigiku bolong, Tante.. Malu.. Koq bisa bolong, yea Tante?” tanya si Gadis mungil polos..dan jujur.

Bolongnya gigi(= Karies Gigi) telah menjadi bagian keseharian sebagian besar diri. Entah itu dialami di masa periode Gigi Decidui (umumnya di rentang usia 6 bulan-6 tahun), Gigi Bercampur (umumnya di rentang usia 6 tahun-12 tahun), maupun setelah periode Gigi Permanen (umumnya setelah usia 12 tahun).

Email gigi (=substantia adamatina), lapisan terluar setiap gigi normal, dapat hilang oleh keausan fisiologis/atrisi karena mekanisasi pengunyahan. Grade yang merugikan/abrasi dapat terjadi akibat cara menggosok gigi yang keliru. Pada jenis keausan mekanis ini bukan tergolong Karies Gigi. Demikian pula halnya dengan erosi, larutnya email akibat kondisi asam akibat materi tertentu dalam asupan makanan/minuman.

Karies Gigi merupakan proses demineralisasi akibat interaksi produk mikroorganisme, saliva(=ludah), substansi asupan makanan/minuman.. dengan email gigi. Di dalam prosesnya, setelah demineralisasi bahan anorganik gigi, umumnya juga terjadi periode remineralisasi. Pada fase berikutnya, bahan organik email pun dapat hilang, sehingga terbentuklah kavitas gigi berlubang/bolong. Pada tahapan belum terjadinya kavitas pada email akibat Karies Email tersebut, umumnya bagian dentin (=lapisan berikut ke arah pulpa gigi setelah email) sudah mulai terserang..hingga terjadilah Karies Dentin. Prosesi perjalanan penyakit (relatif) telah tergolong stadium terlambat. Memerlukan tindakan restoratif segera.

Setiap rongga mulut menampung tiada terukur mikroorganisme (terutama pada plak gigi) yang mampu memproduksi asam. Dalam suasana asam, pada email dapat terjadi proses Kimiawi yang khas. Bervariasi pada tingkat keasaman yang berbeda. Stadium dininya sering tidak terdeteksi secara klinis..termasuk lokasi serangan awalnya, pada email. Serangannya pada ukuran mikro mulai dapat terdeteksi, akibat kondisi agak demineralisasi yang mulai tampak. Segera setelahnya terdeteksi kondisi menyimpang tepat di bawah permukaannya, sedangkan email di luarnya terkesan tidak terserang. Penampakannya komplek karena proses remineralisasi yang juga terjadi.

Di antara stadium paling dini dengan pembentukan kavitas terdapat sekurang-kurangnya delapan kategori perubahan email, menurut gambaran klinis serta polarisasi mikroskopik.

Dengan terus berkembangnya Karies ke arah pulpa (=bagian terdalam gigi, di mana syaraf & pembuluh darah berada), demineralisasi semakin meluas.

Tindakan preventif harus dilakukan sesegera mungkin setelah erupsi email pada erupsi mahkota gigi-geligi. Segera setelah erupsi, prosesi maturasi, demineralisasi, serta remineralisasi gigi-geligi langsung terjadi. Tindakan Fluoridasi (=aplikasi Fluorida) merupakan tindakan terdini yang dapat dilakukan sesegera mungkin sebagai tindakan preventif, setelah erupsi email gigi. Kalaupun telah terdeteksi proses dini demineralisasi sekaligus remineralisasi dengan terdeteksinya bercak putih pada gigi, dengan Fluorisasi yang benar & dini dapat mengurangi prevalensi terbentuknya kavitas pada gigi.

Tampilan Karies Gigi beragam. Di antaranya: Karies Sika (umum di area bukal Decidui, juga pada Manula, tidak sakit), Karies Botol (akibat kebiasaan buruk sebagian balita yang tidur sambil minum susu dengan botol), Karies Tukang Roti (umumnya terjadi akibat kebiasaan sering mengudap asupan makanan manis), serta Karies Sementum (terjadi Karies pada area batas sementum-email, akibat gingiva yang atrofi).

Beberapa faktor predisposisi terjadinya Karies Gigi di antaranya : struktur & susunan email, lingkungan elemen gigi-geligi, faktor sosial & pola hidup, serta faktor genetik.

Related Posts by Categories



Tidak ada komentar:

Posting Komentar